Bagaimana Langkah Dalam Proses Menelan Makanan Pada Manusia

0
41

Tidak semudah yang terlihat, proses menelan sebenarnya adalah suatu aktivitas yang sangat rumit. Kegiatan yang terlihat sederhana ini sebenarnya adalah kombinasi aksi yang terjadi dalam 3 tahapan. Artikel ini akan menjelaskan mengenai bagaimana langkah langkah dalam proses menelan makanan pada manusia.

3 Langkah Dalam Proses Menelan Makanan

Tahapan dalam mekanisme menelan ada 3 tahapan. Ini meliputi aksi yang bersifat involunter (tidak sadar) dan volunter (sadar dan dalam kontrol). Adapun ketiga tahap tersebut, antara lain:

1. Fase Oral

Proses menelan bermula dari tahap oral. Tahap ini bermula ketika makanan berada pada rongga mulut. Makanan ini akan menjadi basah karena keberadaan air liur (saliva) dan menjadi bentuk bolus makanan.

Pengunyahan bolus makanan berlangsung dengan kontrol dari gigi, rahang (atas dan bawah), dan otot-otot pengunyah. Dalam fase ini makanan berubah menjadi ukuran yang lebih kecil dan mendapatkan pelumasan yang merata (bila makan dengan teratur).Bolus makanan akan bersifat lembut dan mudah dipindahkan ke bagian yang lebih belakang yaitu orofaring (pangkal tenggorokan atau kerongkongan).

Dari bagian orofaring ini, bolus makanan disalurkan lebih ke bagian dalam lagi dengan bantuan lidah bagian belakang dan otot-otot lain pada faring bagian bawah. Proses ini akan juga akan beriringan dengan pengangkatan palatum mole (anak lidah) untuk mencegah aliran makanan ke rongga hidung.

Otot-otot yang berperan dalam fase oral ini mendapatkan stimulasi dari saraf-saraf yang terletak pada batang otak. Saraf ini lebih dikenal sebagai saraf kranial. Sebenarnya saraf kranial itu terbagi menjadi 12 macam. Nah, pada fase oral ini melibatkan bagian saraf trigeminal, fasialis, dan hipoglosus.

Fase Faringeal

Ketika bolus makanan telah memasuki area faring maka akan mengaktivasi fase menelan involunter. Refleks menelan dengan bantuan saraf pusat menelan pada bagian medula (batang otak bagian bawah) akan menyebabkan makanan terdorong lebih ke dalam. Refleks menelan ini menimbulkan kontraksi dengan ritme yang bekerja secara involunter oleh beberapa otot-otot yang terletak pada bagian belakang mulut, faring, dan esofagus (kerongkongan).

Mulut adalah pintu masuk bagi udara dan makanan dari luar tubuh. Pada bagian ini terdapat persimpangan yang mana udara akan masuk ke tenggorokan kemudian ke paru-paru. Sementara itu, makanan akan mengalir ke esofagus (kerongkongan) lalu ke lambung.

.

Bagian yang penting dari fase faring adalah penutupan laring yang bersifat involunter oleh epiglotis dan pita suara, dan penghambatan pernapasan untuk sementara waktu. Prosedur ini penting guna mencegah makanan masuk ke tenggorokan, trakea, dan paru-paru.

The closure of the larynx by the epiglottis protects the lungs from injury, as food and other particles that enter into the lungs can lead to severe infections and irritation of the lung tissue. Lung infections caused by problems with the pharyngeal phase of the swallowing reflex are commonly known as aspiration pneumonia.1

Penutupan laring oleh epiglotis melindungi paru-paru dari cedera, karena makanan dan partikel lain yang masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan infeksi parah dan iritasi pada jaringan paru-paru. Infeksi paru-paru yang disebabkan oleh masalah pada fase faring pada refleks menelan umumnya dikenal sebagai pneumonia aspirasi.

The Esophageal Phase

As food leaves the pharynx, it enters the esophagus, a tube-like muscular structure that leads food into the stomach due to its powerful coordinated muscular contractions. The passage of food through the esophagus during this phase requires the coordinated action of the vagus nerve, the glossopharyngeal nerve, and nerve fibers from the sympathetic nervous system.

Fase Esofagus

Saat makanan meninggalkan faring, ia memasuki kerongkongan, struktur otot seperti tabung yang mengarahkan makanan ke perut karena kontraksi otot terkoordinasi yang kuat. Bagian makanan melalui kerongkongan selama fase ini membutuhkan tindakan terkoordinasi dari saraf vagus, saraf glossopharyngeal, dan serabut saraf dari sistem saraf simpatis.

The esophagus has two important muscles that open and close reflexively as the food bolus is brought down during swallowing. These muscles, called sphincters, allow the food bolus to flow in a forward direction while preventing it from going in the wrong direction (regurgitation).

Both esophageal sphincters, first the upper, and then the lower, open in response to the pressure of the food bolus and close after the food bolus passes.

Esofagus memiliki dua otot penting yang membuka dan menutup secara refleks saat bolus makanan diturunkan saat menelan. Otot-otot ini, yang disebut sfingter, memungkinkan bolus makanan mengalir ke arah depan sambil mencegahnya menuju ke arah yang salah (regurgitasi).

Kedua sfingter esofagus, pertama bagian atas, dan kemudian bagian bawah, terbuka sebagai respons terhadap tekanan bolus makanan dan menutup setelah bolus makanan lewat.

The upper esophageal sphincter prevents food or saliva from being regurgitated back into the mouth, while the lower esophageal sphincter ensures that food remains in the stomach, preventing regurgitation back into the esophagus. In doing so, the esophageal sphincters serve as a physical barrier to regurgitated food.

Sfingter esofagus bagian atas mencegah makanan atau air liur dimuntahkan kembali ke dalam mulut, sedangkan sfingter esofagus bagian bawah memastikan makanan tetap berada di perut, mencegah regurgitasi kembali ke esofagus. Dengan demikian, sfingter esofagus berfungsi sebagai penghalang fisik untuk muntahan makanan.