SOP Gonore (Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana di Puskesmas)

0
967
sop gonore
SOP Diagnosis dan Tatalaksana Gonore

Postingan SOP gonore dalam usaha penegakan diagnosa dan penatalaksanaan penyakit di puskesmas. Berkas standar operasional prosedur ini juga dibutuhkan untuk syarat administrasi proses akreditasi puskesmas. Yuk di simak di bawah ini!

Contoh SOP Gonore

Gambar Logo
Kabupaten
Diagnosis dan Penatalaksanaan Gonore
SOP

No. Dokumen: …
No. Revisi: …
Tanggal Terbit: …
Halaman: …
gambar lambang logo puskesmas
(Nama Kabupaten) Kepala Puskesmas ABCD

(nama kepala puskesmas)
(NIP kepala puskesmas)
1. PengertianGonore adalah segala penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit dikelompokkan sebagai penyakit menular seksual (PMS) dengan angka kejadian yang cukup tinggi.

Penularan gonore utamanya melalui genitor-genital, orogenital, dan ano-genital. Akan tetapi, dengan kemungkinan yang kecil juga bisa menular lewat peralatan mandi, termometer, dan lain-lain. Area tubuh yang paling kerap terkena adalah mukosa vagina wanita sebelum masa pubertas.

No. ICPC II : X71 Gonorrhoea female, Y71 Gonorrhoea male
No. ICD 10 : A54.9 Gonococcal infection, unspecified
2. TujuanPedoman cara penegakan diagnosa dan penatalaksanaan penyakit gonore
3. ReferensiPERMENKES No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Primer.
4. Prosedur1. Alat dan Bahan
a. Peralatan periksa tanda vital
b. Senter
c. Luv
d. Sarung tangan
e. Inspekulo (cocor bebek)
f. Kursi periksa genital

2. Hasil Anamnesis (Bersifat Subjektif)
Keluhan utama berkaitan dengan penyakit infeksi pada organ genital yang terimbas.
a. Pada laki-laki:
Keluhan yang paling kerap adalah kencing nanah. Awalnya akan terasa panas dan gatal di bagian distal uretra, dilanjutkan dengan disuria, polakisuria, dan akhirnya keluar nanah dari lubang uretra. Kadang-kadang nanah yag keluar disertai darah.

Pasien juga sering merasakan nyeri ketika sedang ereksi. Gejala dan keluhan di atas biasanya akan dirasakan setelah kontak seksual terinfeksi.

Bilamana juga terjadi prostatitis maka akan merasakan rasa kurang nyaman (tidak enak) di area perineum dan suprapubis. Diiringi juga demam, malaise, nyeri saat berkemih yang bisa disertai hematuria, retensi urin, atau pun obstipasi.

b. Pada wanita:
Pada kaum perempuan cukup jarang ditemui keluhan subjektif. Pada umumnya wanita datang setelah timbul komplikasi atau tidak sengaja pada saat pemeriksaan antenatal (ANC) atau pun layanan keluarga berencana (KB).

Dari insidensi nya yang jarang, keluhan yang paling sering mengakibatkan seorang perempuan berobat ialah keluar cairan berwarna hijau kekuningan dari vagina. Hal ini disertai dengan disuria dan nyeri pada abdomen bagian bawah.

Keluhan lain dapat berupa perasaan panas terbakar di area anus (proktitis), infeksi pada mata (paling sering neonatus), dan gejala sistemik berupa endokarditis, meningitis, dan gonore diseminata.

3. Hasil Pemeriksaan Fisikal dan Penunjang
Diagnostik fisik patognomonis, yaitu:
Orifisium uretra eksterna terlihat eritema, edema, dan ektropion. Adanya duh tubuh yang mukopurulen. Kelenjar getah bening di inguinal bisa terjadi pembesaran baik uni maupun bilateral. Bilamana terjadi proktitis maka akan terlihat area anus eritema, udema, dan tertutup oleh pus mukopurulen.

a. Pada laki-laki:
Pemeriksaan rectal toucher bisa dilaksanakan untuk menilai prostat (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan, dan kemungkinan abses atau teraba fluktuasi).

b. Bagi perempuan:
Pemeriksaan dalam dengan inspekulo dilaksanakan bila pasien telah menikah. Dari pemeriksaan ini akan terlihat serviks berwarna merah, mengalami erosi, dan ada sekret yang mukopurulen.

Pemeriksaan Penunjang:
Dapat dilaksanakan pemeriksaan sediaan duh tubuh langsung secara mikroskopis. Pemeriksaan menggunakan pewarnaan gram dan akan menemukan bakteri gonokokus gram negatif; intra ataupun ekstraselular.

Pada laki-laki sediaan didapat dari area fossa navikularis, sementara perempuan dari uretra, muara kelenjar bartolini, serviks, dan rektum.

4. Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosa dilakukan dengan menarik kesimpulan dari anamnesa, pemeriksaan fisikal dan penunjang. Diagnosis yang dapat ditegakkan di puskesmas, antara lain:
a. Uretritis gonore
b. Servisitis gonore

5. Manajemen Penatalaksnaan
Tatalaksana:
a. Memberikan informasi kepada pasien agar tidak berhubungan seksual sampai telah dinyatakan sembuh sempurna.
b. Menganjurkan pasien untuk menjaga status higienitas area genital
c. Pemberian obat antibiotika:
– Tiamfenikol 1 x 3,5 gram dosis tunggal per oral, atau
– Ofloksasin 1 x 400 mg dosis tunggal per oral, atau
– Kanamycin 1 x 2 gram dosis tunggal intramuskuler, atau
– Spektinomisin 1 x 2 gram dosis tunggal intramuskuler.

Keempat pilihan obat di atastidak boleh diberikan pada perempuan yang sedang hamil. selain itu juga tidak direkomendasikan pada kelompok usia anak dan dewasa muda (di bawah 18 tahun).

6. Kriteria Rujukan
Pasien akan dirujuk ke faasilitas kesehatan yang lebih lengkap bilamana:
a. Tidak bisa melaksanakan tes laboratorium
b. Pengobatan cara di atas tidak menghasilkan perbaikan dalam 2 minggu.

Pada akhirnya, itu tadi contoh SOP gonore yang bisa diaplikasikan di puskesmas. Ada baiknya standar operasional prosedur yang telah disusun dibuat ke dalam bentuk buku sebagai asip kelengkapan administrasi akreditasi puskesmas. semoga bermanfaat.

Baca juga: SOP Influenza