Hiperpireksia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

3
2097
penyebab hiperpireksia gejala dan pengobatan
Ilustrasi Demam dan Hiperpireksia

Hiperpireksia adalah istilah lain dari demam yang amat tinggi. Kriteria medis untuk hiperpireksia ini adalah bilamana suhu badan lebih dari 41,5 derajat celsius. Beberapa ahli menggunakan suhu yang lebih rendah untuk keadaan hipepireksia ini, yaitu 41,1 derajat celsius.

Demam, termasuk hyperpirexia, bukanlah suatu penyakit tersendiri atau penyebab suatu penyakit. Namun, hal ini lebih tepat disebut sebagai gejala dan tanda dari suatu masalah kesehatan atau penyakit. Keadaan yang paling sering menyebabkan hal ini adalah penyakit infeksi (khususnya infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri) dan cedera atau trauma fisik.

Apa dan Bagaimana Hiperpireksia Itu?

Pada keadaan demam secara umum, otak memerintahkan tubuh untuk menaikkan ambang batas suhu badan lebih tinggi dari biasanya. Tubuh pun memberi respon dengan meningkatkan suhu. Proses ini umum terjadi pada proses infeksi atau pun trauma.

Pada kondisi tertentu, tubuh tidak mampu mengontrol peningkatan suhu ini. Hal ini membuat seseorang menderita demam yang lebih tinggi dari biasanya hingga mencapai lebih dari 41,5 derajat celsius.

Perbedaan Hiperpireksia dan Hipertermia
Apa perbedaan antara hiperpireksia dan hipertermia? Dua keadaan ini sama-sama menunjukkan peningkatan suhu tubuh. Namun, antara keduanya sebenarnya ada perbedaan. Kalau pada hyperpirexia, otak memegang peranan penting; sementara itu pada hipertermia otak tidak berperan vital.

Pada hipertermia, otak tidak memberi perintah kepada tubuh agar menaikkan ambang batas demam tubuh, akan tetapi peningkatan suhu tubuh yang terjadi lebih disebabkan oleh pengaruh lingkungan luar tubuh. Kondisi lingkungan yang terlampau tinggi membuat tubuh tidak bisa mengeluarkan panas, malahan menyerap panas tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan suhu badan.

Penyebab Hiperpireksia

Seperti dijelaskan di atas bahwasanya penyebab hiperpireksia yang paling umum adalah penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri. Namun, harus diketahui bahwasanya ada keadaan medis lainnya yang dapat meningkatkan suhu tubuh ini, yaitu:

1. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intrakranial adalah perdarahan yang terjadi di dalam tengkorak. Perdarahan dapat terjadi sebagai akibat penyakit stroke atau trauma fisik pada organ di dalam tengkorak. Kedua hal ini akan menyebabkan bagian otak mengalami perdarahan. Perdarahan otak ini akan memberikan dampak kepada hipotalamus yang berperan sebagai pegatur suhu tubuh. Gangguan pada hipotalamus akan berkemungkinan menyebabkan timbulnya hyperpirexia.

2. Sepsis
Sepsis adalah sekumpulan gejala atau keadaan medis sebagai komplikasi penyakit infeksi yang dapat mengancam nyawa. Komplikasi ini timbul sebagai respon dari imun tubuh. Hyperpyrexia adalah salah satu gejala yang ditimbulkan sepsis. Gejala lain dapat berupa kerusakan organ-organ yang penting untuk tubuh.

3. Pengaruh Anestesi
Seseorang dapat mengalami hyperpirexia sebagai efek samping langsung oleh penggunaan anestesi umum. Biasanya mereka yang berisiko mengalami hal ini adalah yang memiliki penyakit-penyakit otot yang mendasarinya. Dokter anestesi akan menyesuaikan temperatur tubuh untuk kelanjutan prosedur medis.

4. Hiperpireksia Pada Anak
Pada anak, hyperpirexia dapat juga muncul. Penyakit sindrom Kawasaki seringkali mengakibatkan munculnya gejala hiperpireksia pada anak-anak. Penyakit ini mengakibatkan peradangan dan inflamasi pada pembuluh darah arteri (khususnya yang berukuran sedang) di seluruh tubuh. Keadaan ini akan menimbulkan demam tinggi yang bila tidak diobati dengan baik akan menjurus kepada munculnya hyperpirexia.

Gejala Hiperpireksia

Tanda dan gejala hiperpireksia berbeda-beda pada setiap orang tergantung kepada berapa lama telah terjadi dan seberapa buruk itu terjadi. Namun, gejala awal pada umumnya dapat berupa:

  • Peningkatan rasa haus,
  • Keluar keringat berlebihan,
  • Pusing,
  • Kram pada otot-otot,
  • Kelelahan dan kelemahan,
  • Mual-mual, dan/ atau
  • Sakit kepala.

Seiring dengan pertamabahan temperatur badan, akan muncul berbagai gejala yang lebih buruk, antara lain:

  • sakit kepala,
  • pupil berkontriksi,
  • Kebingungan tingkat ringan hingga sedang,
  • Kulit kelihatan pucat, dan dingin serta lembab bila diraba,
  • Muntah atau sakit perut, dan/ atau
  • Menurunnya jumlah urin atau tidak ada produksi urin.

Bila seseorang mempunyai suhu lebih dari 41,5 derajat celsius dalam waktu yang lama atau tidak diberikan pengobatan dalam periode lama, maka dapat timbul gejala dan tanda berikut:

  • Kebingunan parah,
  • Kehilangan kesadaran,
  • Pernafasan cepat dengan kedalaman dangkal,
  • Kulit kering dan kemerahan,
  • Pembuluh nadi teraba lemah dan cepat,
  • Pupil dilatasi,
  • Kejang, dan/ atau bahkan
  • Kematian.

Manajemen Terapi dan Pengobatan Hiperpireksia

Pada prinsipnya pengobatan yang bersifat kausatif adalah manajemen terapi hiperpireksia yang tepat. Tata laksana penyebab yang baik akan menurunkan suhu tubuh dengan sendirinya, akan tetapi dapat juga diberikan terapi pendukung untuk meringankan gejala. Beberapa terapi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Kompres dingin,
  • Hidrasi cairan melalui intravena atau minuman,
  • Penggunaan obat-obatan pengurang demam.

Nah, itu bahasan tentang penyebab, gejala, dan cara pengobatan kondisi hyperpirexia ini. Selalu sediakan alat pengukur suhu dan obat demam di rumah Anda. Pantau selalu anggota keluarga yang demam dan berikan obat penurun panas ringan. Bila tidak kunjung sembuh segera bawa ke dokter.

Baca juga: Kode ICD 10 Hiperpireksia

Sumber:
https://www.medicalnewstoday.com/
https://drzuhdy.com/

3 KOMENTAR

Komentar ditutup.